B. Indonesia

Pertanyaan

berikan contoh teks cerpen(tidak boleh percintaan&misteri)

1 Jawaban

  • Catatan Kecil Sang Spesialis Kegagalan


    Entah dengan siapa aku berbicara sekarang. Aku bagaikan manusia yang sudah dibayangi oleh kegagalan hidup yang semua orang takutkan. Saat itu aku benar-benar menjadi seseorang yang tiada arti dan tak berguna. Jangankan untuk orang lain, untuk diriku sendiri saja rasanya aku sudah menjadi parasit yang hanya menambah beban tubuhku. Apa yang aku lakukan sekarang seolah-olah seperti seekor keledai yang masuk ke dalam kubangan lumpur yang sama untuk kedua kalinya. Tak heran jika aku sering merasa tidak dibutuhkan, karena memang aku ini bukan siapa-siapa sekarang. Aku ingin kabur dari semua itu. Tetapi di lain sisi masih ada orang yang selalu membuatku untuk terus menjadi yang lebih baik. Namun jangankan untuk mengabulkan keinginan orang-orang tersebut, untuk mengabulkan keinginanku sendiri saja rasanya seperti gitar tanpa senar. Yang tidak akan menghasilkan suatu suara yang indah dan bermanfaat untuk orang lain.

    Apakah cukup sampai di sini saja? kurasa tidak. Keledai itu tetap ingin keluar dari kubangan lumpur yang sudah berkali-kali menjebaknya. Dengan empat kakinya ia berdiri dan berniat untuk tidak mengulangi kesalahan yang ia perbuat. Tapi apa dayanya, seekor keledai tetap seekor keledai yang bodoh dan tidak tau arah maupun tujuan hidup. Kecuali untuk makan dan bermalas-malasan sekarang. Tidak memikirkan apa yang akan terjadi padanya dikemudian hari. Sama halnya aku, yang saat ini menjadi keledai di kehidupan nyata yang penuh dengan tuntutan untuk menjadi orang yang berhasil.

    Saat ini yang harus aku pikirkan adalah untuk apa aku hidup dan untuk siapa hidup ini aku persembahkan. Orang-orang yang berhasil mungkin saat ini tidak mau untuk melihatku. Melihat sang spesialis kegagalan yang selalu merasa bahwa dirinya hebat namun inilah kenyataannya. Mungkin aku hanya bisa menjadi hebat dengan omongan yang aku jual ke orang-orang. Dan itu adalah suatu perbuatan yang akan semakin menjauhkanku dari kata berhasil. Bahkan aku tidak tahu definisi dari berhasil itu apa. Sedangkan aku dituntut untuk mendapatkannya.


    Bagi orang yang berhasil, mengulang kesalahan yang sama itu akan menjauhkan kita dari keberhasilan. Dan itu yang aku lakukan. Aku selalu mengulang kesalahan yang sama. Tetapi terkadang aku juga mengulang kebaikan yang sama dan tentu tidak semua orang bisa melakukannya. Aku dekati orang-orang di sekitarku untuk kuambil ilmu mereka, dan aku bisa melakukan itu tetapi tanpa aku praktikkan ilmu-ilmu itu.

    Aku harus berubah sekarang atau tidak sama sekali sampai semuanya berakhir. Mungkin cuma lelah yang bisa aku katakan untuk melindungi diriku dari tuntutan yang aku terima. Aku memang lelah, lelah dalam memahami diriku sendiri yang harusnya itu adalah hal yang sangat mudah untuk orang-orang selain aku.

    Untuk sekarang aku tidak mau menganal kata menyerah sebelum aku bisa paham apa itu arti dari keberhasilan. Tapi aku bingung, menyerah untuk apa? sedangkan aku tidak melakukan apa-apa sekarang. Oh tidak, aku sekarang sedang berusaha untuk berubah dari seekor keladai. Aku ingin menjadi harimau yang tidak punya rasa takut sedikitpun untuk melangkah. Harimau yang tanpa memikirkan risiko dari apa yang akan ia perbuat. Harimau? mungkin maksudku harimau yang malas ataupun harimau yang berbeda dari harimau-harimau yang lain. Itulah aku, yang hanya bisa janji sama diri sendiri dan tidak pernah kutepati.

    Aku sekarang selalu bekerja di malam hari bagaikan kelelawar. Karena apa? karena aku takut kalah dengan orang lain jika aku harus bekerja di siang hari. Aku tidak licik tapi menurutku ini cara terbaik yang harus aku ambil dan segera aku lakukan. Aku butuh bantuan untuk semua ini. Aku butuh dukungan. Aku butuh motivasi. Atau aku tidak butuh semua itu, yang aku butuhkan adalah pengalaman besar yang bisa menjadi acuan untukku. Pengalaman yang bisa menjadi pengingatku dan menjadi cambukan untuk rasa malasku. Tetapi mengapa setiap aku bisa melewati pengalaman sulit itu, aku selalu terlena dan kembali menjadi seekor keledai. Aku masih bangga karena sampai saat ini telingaku tidak mau mendengar sesuatu yang dinamakan “menyerah”. Kebiasaan burukku yang lain adalah melakukan semua perubahan itu dengan harapan pamrih dan perhitungan. Kubilang semua itu aku harapkan supaya lebih efisien, namun itu juga salah.

    Cerpen Karangan: Dwiki Cendikya

Pertanyaan Lainnya